Lean Startup, Solusi Mengantisipasi Kegagalan Bisnis
Lean Startup adalah sebuah metode untuk mencegah kegagalan dalam memulai bisnis, walaupun dalam prakteknya dapat diterapkan untuk bisis yang telah berjalan. Dengan Lean Startup kita dapat mencari tahu apakah ide bisnis kita akan laku sebelum menghabiskan sumber daya.
Kebanyakan bisnis gagal karena sumber dayanya habis sebelum jumlah pembeli terpenuhi. Jadi dengan menggunakan metode Lean Startup dengan sumber daya yang terbatas, kita dapat memvalidasi market, mengumpulkan pembeli bahkan sebelum produknya jadi.
Lalu bagaimana metodenya?
Ide bisnis bagus --> tapi tidak ada yang beli
Banyak yang kasih masukan --> tapi giliran suruh beli, lari. Jadi masukan-masukan itu tidak berharga.
“Uang adalah validasi ide bisnis terbaik.”
-Noah Kagan-
Jadi sebagus apapun sebuah ide atau sebanyak apapun masukan kepada sebuah ide, selama ide tersebut belum menghasilkan uang, ide tersebut belum cukup bagus.
Metode Lean Startup -->
Bisnis berhasil bukan karena ide yang bagus. Tapi hasil dari serangkaian test dan measure.
Jadi didalam metode Lean Startup tidak ada yang namanya riset pasar, namun prodak ditest dengan melepaskannya di pasar dan melihat respon pasar (pasar yang dimaksud disini dengan menjual produk pada tataran ide dan berapa yang mau membeli ide tersebut).
Sebagaian besar penyebab kegagalan bisnis bisa dicegah jika kita cepat belajar dan beradaptasi.
Dari metode Lean Startup ini lahirlah sebuah gerakan yang dikenal dengan nama “Risk averse entrepreneurs.” --> yaitu pengusaha-pengusaha yang berusaha dengan resiko seminim mungkin.
Bisnis adalah men-deliver value --> saat ini value dapat dideliver tampa produk yang sempurna, bahkan tampa produk.
The Goal Of Business:
Membangun fans dengan profit.
-Brad Sugars-
Bisnis dapat sukses karena dapat membangun fans dengan profit, makanya jika kita perhatikan orang yang banyak fansnya biasanya bisnisnya akan jadi. Contoh: para artis.
Oleh sebab itu cari fansnya dulu, nanti akan tau produknya harus seperti apa berdasarkan feedback dari fans tersebut.
Baca juga: Cara Memulai Bisnis Online Dari Nol
Pada dasarnya Lean Startup hanya terdiri dari 3 komponen yaitu:
1. Build
2. Measure
3. Learn
Jadi bangun sebuah produk (promo atau jual) --> ukur produk tersebut (interaksi yang terjadi dari produk tersebut dan siapa-siapa yang terlibat) --> dan pelajari semua hal tentang produk tersebut.
Baca Juga: Pentingnya Membuat Website Untuk Bisnis
7 Langkah Lean Startup :
1. Tetapkan Prioritas
Tetapkan prioritas dengan membuat berbagai asumsi-asumsi terkait produk yang akan ditawarkan.
Ingat semua bukan masalah sampai jadi masalah, jadi tidak perlu berpikir terlalu jauh, lakukan saja apa yang bisa dilakukan.
Contoh tidak perlu dulu memikirkan bentuk kemasan, jika pembeli saja belum ada.
Tentukan 2 atau 3 faktor penentu kesuksesan produk yang akan ditawarkan.
Focus ke satu masalah dan biasanya masalah utama adalah seles (adakah orang yang akan membeli produk tersebut).
Bisnis akan 100% bermasalah, tapi tidak ada permasalahan seperti masalah penjualan….
Tidak apa produk belum sempurna, sebab selaflu ada orang yang mau beli.
Tentukan cara termudah dan tercepat untuk test dan melakukan penjualan. Misal, lewat meng endorse artis, Facebook Ads, email atau lainnya.
2. Buatlah MVP – Minimum Viable Product
Ini adalah salah satu bagian penting dalam bisnis online. Produk MVP sendiri mungkin dapat disamakan dengan produk lead maget, baca uraian lengkapnya dalam artikel sebelumnya tentang “5 Kategori Produk Yang Ditawarkan Untuk Membesarkan Bisnis Online Kita”.
MVP dapat dikatakan sebagai versi paling minimum yang kita jual kepada orang lain. Contoh sebuah produk kita umpamakan dengan 1 roti, MVPnya bisa jadi adalah ¼ dari 1 roto tersebut. Dengan membagi produk menjadi ¼ nya harganya akan lebih murah bahkan bila perlu gratis.
Kira-kira gambaran MVP seperti ini:
Sebisa mungkin produk yang dibuat bukan versi sempurnanya sebelum ada pembeli atau calon pembeli. Pada tahap ini tujuan kita adalah mengetes pasar jadi rilis dulu, apakah ada yang tertarik dengan produk itu, ada yang mau membayar tidak ide tersebut.
Kesempurnaan butuh waktu. dan dalam startup, menambah waktu akan menghabiskan uang.
Jadi buatlah produk yang paling kecil, lepaskan ke masyarakat dan pantau respon yang terjadi.
Contoh MV untuk buku:
a) Artikel blog
b) Ebook contoh 1bab buku yang dijual
c) Kultweet/ Kulgram
d) Posting di Facebook/ Facebook Notes
Jadi misalkan menulis buku, tidak perlu menulis bukunya. Tulis artikel blog, share ke sosial media atau share ke facebook atau dari kultweet atau apaun kemudian lihat interaksiyang terjadi. Dari tulisan yang paling banyak mendapat interaksi (Share, like, dan comment) kita tahu produk mana yang disukai pasar.
Contoh MVP untuk kaos:
a) Apakah desain yang akan dijual akan laku?
b) Test cetak satuan dan jual, contoh menggunakan: http://fb.com/bajubebas.id --> kirim desainnya kesini dan test apakah ada yang beli, sebelum produk itu diproduksi dalam jumlah besar.
c) Kumpulkan alamat emailnya --> yang membeli prduk satuanya tadi alamat emailnya dikumpulkan sebab mereka adalah pembeli potensial untuk re-proffiling.
Contoh produk MVP untuk jasa (desainer):
a) Jika kita memiliki kemampuan mendesain bayak hal, tawarkan satu hal saja yang dapat menjadi produk MVPnya.
b) Contoh: Saya akan buatkan logo untuk Anda, cukup 150 ribu.
Tujuan MVP bukan agar produknya bagus atau menggaet profit, tapi untuk mem-validasi business model (salah satu bisnis model yang sering digunakan adalah bisnis model canvas).
Lebih baik produknya di kritik, atau malah dihina, dari pada DIABAIKAN.
3. Buatlah video presentasi atau landing page, atau keduanya.
Pembahasan lebih lengkap tentang cara membuat landingpage beserta copywritingnya untuk mengkonversi sebuah penjualan sudah saya bahas dalam artikel sebelumnya, silahkan baca disini ”Tahap-tahap Funneling dan Copywritingnya”.
4. Tawarkan
Jadi setelah MVP dan landingpagenya jadi, ide bisis itu ditawarkan ke masyarakat. Kuncinya adalah penawaran dengan copywriting yang bagus.
Goal dari penawaran ini adalah minta uangnya, jika tidak minimal minta alamat emilnya. Ingat produk MVPdibuat bukan untuk mencari profit, namun untuk menguji pasar dan email adalah alat tukar non-uang. Ketika sesorang memberi alamat emailnya kepada kita adalah salah satu bukti kepercayaannya kepada kita dan orang ini terus dapat di followup oleh kita.
Kumpulkan feedback bersama database pembeli.
Ingat
“Uang adalah validasi ide bisnis terbaik.”
-Noah Kagan-
Formula paling gampang untuk menawarkan sesuatu dalam sebuah penawaran adalah menampilkan: Price (harga) + Benefit (manfaat produk) + Time (waktu penawaran).
Contoh:
1. Cukup 150 ribu untuk membuat logo bisnis Anda, selesai dalam 24 jam.
2. Menirimkan email ke 1000 pelanggan dalam 5 menit, cukup 99ribu.
3. Dengan 100ribu, Anda akan mengetahui bagaimana cara ngiklan di Facebook dengan profit dalam waktu kurang dari 1 minggu.
5. Measure
Setelah MVP diluncurkan kita tentu akan mendapat feedback dari calon pembeli. Feedback biasanya bisa dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
a) User Experience
-Bagaimana cara pakainya?
-Saya pengen imprt data, kok tidak bisa ya?
-Kemarin saya angetin di microwave kok gagal ya?
Jadi User Experience berhubungan langsung dengan pengalaman pengguna terhadap produk kita.
b) Marketing Communications
-Ada rasa apa aja ya?
-Fiturya apa aja mas?
-oh, bayar ya?
Biasanya ketika kita berusaha mengkomunikasikan produk kita ketika target pasar kita tidak menangkap maksud produk kita. Masalah ini dapat dievaluasi dengan melihat conten penjelasan dalam landingpage atau iklan atau profil instagram dan lain-lain.
c) Positioning
-bisa tidak email mareting digunakan untuk usaha travel?
-saya bisnis property mas, cocok tidak ya pakai KIRIM.EMAIL?
Positioning ini biasanya terjadi pada target market yang merasa produk yang ditawarkan bukan untuk dia.
6. Dokumentasikan Feedback yang ada
Jadi feedback dari produk yang ditawarkan itu, kurang lebih terdiri dari ke-3 masalah diatas.
Dokumentasikan semua feedback yang masuk, data dan kategorikan. Ini akan membuat kita tahu kebutuhan pasar dan mengembangkan layanan menjadi lebih bagus lagi.
7. Ambil keputusan berdasarkan data yang dikumpulkan
Setelah data terkumpul kita dapat membuat keputusan terkait produk tersebut. Apakah mau bertahan? Atau berubah haluan (pivot.)
Contoh:
Instagram adalah hasil pivon dari Burbn. Burbn adalah layanan cek in dengan tambahan filter fotonya, namun dalam perjalanan kebanyakan orang lebih suka menggunakan layanan fotonya, sehingga yang lainnya dibuang kemudian diambil fotonya dan jadilah instagram.
Jadi dari feedback kita dapat mengambil keputusan, misalkan dari 10 layanan ternyata hanya 3 yang laku, kalo demikian 7nya lagi untuk apa diproduksi banyak-banyak atau bila perlu tidak diproduksi lagi, focus pada 3 layanan itu saja.
Baca juga:
Baca Juga: Pentingnya Membuat Website Untuk Bisnis
Studi Kasus
1. Dropbox
Dropbox lahir dari sebuah halaman website.
Saat itu Drew (CEO Dropbox) mempresentasikan seperti apa nantinya Dropbox bekerja sebelum produkya selesai. Jadi disini ia hanya mempresentasikan ide dan diluncurkan ke pasar.
Gambar diatas adalah video presntasi Dropbox sebelum peluncurannya. Dalam Video itu pula Drew mengumpulkan alamat email calon pelanggan Dropbox nantinya.
Dengan video tersebut ia dapat mengumpulkan 75ribu email hanya dalam 2 hari sebelum produkya ada. Disini prinsip lean startup di Dropbox adalah:
a) Buat video yang menunjukkan hasil akhir produknya
b) Mem-visualisasikan dengan detail solusi yang akan ditawarkan.
c) Membangun puluhan ribu database email dari orang-orang yang tertarik mencoba produknya.
2. Amazon
Amazon adalah contoh lean startup yang terjadi di dalam sebuah perusahaan besar yang sudah berjalan, berikut beberapa contoh produk MVP Amazon:
a. Amazon fire phone
Adakah yang tahu produk ini?
Kebanyakan dari kita tidak mengenal produk ini, karenaa Amazon tidak memproduksi lagi produk ini karena MVPnya gagal.
b. Same Day Deliveries
Untuk dapat menggunakan layanan ini, kita harus masuk dalam layanan Amazon Prime yang membayar 99$ pertahun, yang kemudian bereksperiman dengan layanan yang lebih cepat lagi yaitu dengan nama Amazon Prime Now. Hal ini dilakukan karena produk MVPnya yang pertama berhasil yaitu produk Same Day Deliveries dimana orang mau membayar 99$ pertahun hanya untuk layanan pengiriman yang lebih cepat.
Ada lagi Amazon PrimeAir yaitu pengantaran barang menggunakan drone yang kemudian berkembang dengan nama Amazon go dimana toko yang memungkinkan orang masuk sendiri kedalam toko, mengambil barang dan keluar tampa adanya kasir, jadi kita masuk dengan scan hp mengambil barang lalu keluar kemudian tagihannya akan masuk ke Amazon dan lalu dipotong dengan kartu kredit kita.
Disini prinsip lean startup di Amazon adalah:
a) Fitur/ layanan baru hanya dijual dulu di Amazon Prime (99$ per tahun) sebelum ke publik.
b) Lokasi terbatas, tidak pernah lebih dari 25 kota di Amerika. Hingga produknya diterima.
c) Mulai dengan produk penetrasi atau lead magnet yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Dengan menerapkan metode Lean Startup ini sampai Jeff Bezos mengatakan:
“Amazon adalah tempat terbaik didunia utuk GAGAL….”
Jadi dari serangkaian test, kemudian produk baru dilepas ke pasar.
Jadi kata kunci lean startup adalah jangan membuat prodak sebelum kita yakin ada yang beli dengan cara ini kita dapat meminimalkan resiko kerugian. Darimana kita yakin produk itu akan dibeli?, lihatlah dari interaksi yang ada atau jika kita menjual barang dengan menggunakan website salah satu cara adalah dengan melihat maukah ia menukarnya dengan alamat emailnya untuk produk MVPnya.
Produk Lean Startup yang sukses muncul dari serangkain test, jadi begitu produk dipromo ke target market akan ada feedback, tamping sebagai data dan ambillah keputusan terkait produk berdasarkan feedback-feedback yang ada.
Baca juga: Langka-langkah Membangun Bisnis Online
Komentar
Posting Komentar